Nama : Desi
Auliasari
Kelas : 1EB19
NPM :
21212885
Ekonomi kreatif di Indonesia
Pendahuluan
Kreatifitas
merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan global. Bentuk bentuk ekonomi kreatif selalu tampil
dengan nilai tambah yang khas, menciptakan pasarnya sendiri, dan berhasil
menyerap tenaga kerja serta pemasukan ekonomis. Untuk mengembangkan ekonomi
kreatif, diperlukan sejumlah SDM yang berkualitas dengan inovatif dan
kreativitas yang tinggi. Namun, di samping kebutuhan akan SDM yang berualitas, pengembangan
ekonomi kreatif juga membutuhkan ruang atau wadah sebagai tempat penggalian
ide, berkarya, sekaligus aktualisasi diri dan ide-ide kratif. Di negara-negara
maju, pebentukan ruang-ruang kreatif tersebut telah mengarah pada kota kreatif
(creative city) yang berbasis pada penciptaan suasana yang kondusif bagi
komunitas sehingga dapat mengakomodasi kreativitas.
Kota-kota di Indonesia, dengan sejumlah
keunikannya, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kota-kota kreatif.
Pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan seiring dengan pengembangan wisata
dan informasi.
ISI
ekonomi
kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif,
pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.
Lingkup kegiatan dari ekonomi
kreatif dapat mencakup banyak aspek. Departemen Perdagangan mengidentifikasi
setidaknya 14 sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu :
1. Periklanan
2. Arsitektur
3. Pasar
barang seni
4. Kerajinan
(handicraft)
5. Desain
6. Fashion
7. Film,
video, dan fotografi
8. Permainan
interaktif
9. Musik
10. Seni
pertunjukan
11. Penerbitan
dan percetakan
12. Layanan
komputer dan piranti lunak
13. Radio dan
televisi
14. Riset dan
pengembangan
Bila
dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan
sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak
seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri
kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia.
Industri
kreatif justru lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil menengah.
Sebagai contoh, adalah industri kreatif yang ada di kota Bandung yang saat ini
terkenal karena distro dan factory outlet-nya yang sengaja memproduksi desain
produk dalam jumlah kecil. Hal tersebut lebih memunculkan kesan eksklusifitas
bagi konsumen sehingga produk distro menjadi layak untuk dibeli. Sama seperti Dagadu dari Jogja atau Joger dari Bali. Kedua industri kreatif tersebut tidak berproduksi dalam jumlah besar
namun ekslusifitas dan kerativitas desain produknya digemari konsumen.
Walaupun
tidak menghasilkan produk dalam jumlah banyak, industri kreatif mampu
memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian
nasional. Depertemen Perdagangan mencatat bahwa kontribusi industri kreatif
terhadap PDB di tahun 2002 hingga 2006
rata-rata mencapai 6,3% atau setara dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan.
Industri kreatif juga sanggup menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan
tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi ekspor, industri kreatif telah membukukan
total ekspor 10,6% antara tahun 2002 hingga 2006.
ekonomi kreatif sangat potensial
dan penting untuk dikembangkan di Indonesia. Alasan mengapa industri kreatif
perlu dikembangkan di Indonesia, antara lain :
1. Memberikan
kontibusi ekonomi yang signifikan
2. Menciptakan
iklim bisnis yang positif
3. Membangun
citra dan identitas bangsa
4. Berbasis
kepada sumber daya yang terbarukan
5.
Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan
keunggulan kompetitif suatu bangsa
6.
Memberikan dampak sosial yang positif
Salah satu
alasan dari pengembangan industry kreatif adalah adanya dampak positif yang
akan berpengaruh pada kehidupan social, iklim bisnis, peningkatan ekonomi dan
berdampak pada citra suatu kawasan tersebut.
pengembangan
ekonomi kreatif pada kota-kota di Indonesia, industri kreatif lebih berpotensi
untuk berkembang di kota-kota besar atau kota-kota yang sudah terkenal. Hal ini
terkait dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan juga
tersedianya jaringan pemasaran yang lebih baik dibanding kota-kota kecil.
Namun, tidak
menutup kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia untuk mengembangkan ekonomi
kreatif. Bagi kota-kota kecil, strategi pengembangan ekonomi kreatif dapat
dilakukan dengan memanfaatkan landmark kota atau kegiatan sosial, seperti
festival sebagai venue untuk mengenalkan produk khas daerah.
Salah satu
contoh yang cukup berhasil menerapkan strategi ini adalah kota Jember dengan
Jember Fashion Carnival. Festival yang digelar satu tahun sekali tersebut mampu
menarik sejumlah turis untuk berkunjung dan melihat potensi industri kreatif
yang ada di Jember, Jawa Timur.
Jember fashion carnaval berawal dari tahun 2002 yaitu diadakannya pekan Mode
Dynand Fariz dengan berkeliling
kampung dan alun alun Jember yang seluruh karyawannya diminta selama sepekan harus berpakai sesuai dengan trend
fashion dunia. Lalu timbulah gagasan
untuk menyelanggarakan JFC.
Pada 1 Januari 2003 Jember Fashion carnaval untuk pertama kalinya
digelar bersamaan dengan HUT kota Jember dengan tema busana cowboy, punk dan
gypsy. Setiap tahunnya tema costume selalu berbeda. Tahun 2009 Ekonomi kreatif
Indonesia dan Visit Indonesia years 2009, memperkuat keberadaan JFC ( Jember
Fashion Carnaval ) sebagai fenomena global Icon Indonesia. Jember Fashion Carnaval masuk dalam
dalam 4 even terbesar di dunia setelah Mardi Grass New Orleans USA, Rio De
Jeneiro & Fastnatch koln Jerman. Dengan demikian keberhasilan JFC telah
mendatangkan wisatawan baik dalam negeri maupun internasional berbondong
bondong untuk datang ke Jember.
JFC
yang digagas Dynand Fariz adalah catwalk jalanan sepanjang 3,6 kilomenter
dengan memanfaatkan bahan-bahan alam di sekitar. Tak hanya sebagai pertunjukan
yang mengibur, JFC juga mencoba menyampaikan pesan kritis dalam setiap
peragaannya terkait isu-isu global yang tengah berkembang. Dengan jumlah
penonton mencapai ratusan ribu di setiap pagelaran tahunannya, JFC berhasil
mendongkrak pamor Jember menjadi kabupaten ketujuh dari 38 kota/kabupaten di
Jawa Timur yang memiliki kunjungan wisata cukup tinggi pada tahun 2011.
Keuntungan diselenggarakannya JFC antara lain :
·
Meingkatkan
ekonomi masyarakay Jember
·
Meningkatkan
pendapatan hotel, transportasi, pariwisata
·
Sebagai hiburan
dan menyumbangkan devisa bagi Negara
Keberhasilan Jember Fashoin Carnaval membuat banyak kota di Indonesia ingin mengembangkan konsep
serupa seperti Solo Batik Carnival (SBC) sejak 2008, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) pada 2011.
Penutup
ekonomi
kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif,
pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. Salah satu
alasan dari pengembangan industri kreatif adalah adanya dampak positif yang
akan berpengaruh pada kehidupan sosial, iklim bisnis, peningkatan ekonomi, dan
juga berdampak para citra suatu kawasan tersebut. ekonomi kreatif sebagai upaya
pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim
perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang
terbarukan.
sejumlah kota di Indonesia berpotensi untuk
mengembangkan ekonomi kreatif. Indonesia dikenal sebagai negara dengan banyak
suku bangsa dan budaya. Suatu kota dapat merepresentasikan kebudayanya melalui
cara-cara yang unik, inovatif, dan kreatif. Pada gilirannya, pengembangan
ekonomi kreatif tersebut akan berdampak positif pada perbaikan lingkungan kota,
baik secara estetis ataupun kualitas lingkunga serta memajukan sektor
pariwisata. Industri kreatif
dapat menjadi sarana untuk meningkatkan identitas kebudayaan, mempopulerkan
sekaligus melestarikannya. Pengemasan yang lebih kreatif akan membuat budaya
lokal Indonesia mudah dikenal hingga ke seluruh dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar