Jumat, 12 April 2013

Ekonomi kreatif di Indonesia


Nama   : Desi Auliasari
Kelas   : 1EB19
NPM   : 21212885


Ekonomi kreatif di Indonesia


Pendahuluan

Kreatifitas merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan global.  Bentuk bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah yang khas, menciptakan pasarnya sendiri, dan berhasil menyerap tenaga kerja serta pemasukan ekonomis. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, diperlukan sejumlah SDM yang berkualitas dengan inovatif dan kreativitas yang tinggi. Namun, di samping kebutuhan akan SDM yang berualitas, pengembangan ekonomi kreatif juga membutuhkan ruang atau wadah sebagai tempat penggalian ide, berkarya, sekaligus aktualisasi diri dan ide-ide kratif. Di negara-negara maju, pebentukan ruang-ruang kreatif tersebut telah mengarah pada kota kreatif (creative city) yang berbasis pada penciptaan suasana yang kondusif bagi komunitas sehingga dapat mengakomodasi kreativitas.

 Kota-kota di Indonesia, dengan sejumlah keunikannya, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kota-kota kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan seiring dengan pengembangan wisata dan informasi.


ISI

ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.
Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Departemen Perdagangan mengidentifikasi setidaknya 14 sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu :
1.      Periklanan
2.      Arsitektur
3.      Pasar barang seni
4.      Kerajinan (handicraft)
5.      Desain
6.      Fashion
7.      Film, video, dan fotografi
8.      Permainan interaktif
9.      Musik
10.  Seni pertunjukan
11.  Penerbitan dan percetakan
12.  Layanan komputer dan piranti lunak
13.  Radio dan televisi
14.  Riset dan pengembangan

Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia.

Industri kreatif justru lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil menengah. Sebagai contoh, adalah industri kreatif yang ada di kota Bandung yang saat ini terkenal karena distro dan factory outlet-nya yang sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah kecil. Hal tersebut lebih memunculkan kesan eksklusifitas bagi konsumen sehingga produk distro menjadi layak untuk dibeli. Sama  seperti Dagadu dari Jogja atau Joger dari Bali. Kedua industri kreatif tersebut tidak berproduksi dalam jumlah besar namun ekslusifitas dan kerativitas desain produknya digemari konsumen.

Walaupun tidak menghasilkan produk dalam jumlah banyak, industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Depertemen Perdagangan mencatat bahwa kontribusi industri kreatif terhadap PDB di tahun 2002 hingga 2006 rata-rata mencapai 6,3% atau setara dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan. Industri kreatif juga sanggup menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi ekspor, industri kreatif telah membukukan total ekspor 10,6% antara tahun 2002 hingga 2006.

ekonomi kreatif sangat potensial dan penting untuk dikembangkan di Indonesia. Alasan mengapa industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia, antara lain :
1.      Memberikan kontibusi ekonomi yang signifikan
2.      Menciptakan iklim bisnis yang positif
3.      Membangun citra dan identitas bangsa
4.      Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan
5.      Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa
6.      Memberikan dampak sosial yang positif

Salah satu alasan dari pengembangan industry kreatif adalah adanya dampak positif yang akan berpengaruh pada kehidupan social, iklim bisnis, peningkatan ekonomi dan berdampak pada citra suatu kawasan tersebut.

pengembangan ekonomi kreatif pada kota-kota di Indonesia, industri kreatif lebih berpotensi untuk berkembang di kota-kota besar atau kota-kota yang sudah terkenal. Hal ini terkait dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan juga tersedianya jaringan pemasaran yang lebih baik dibanding kota-kota kecil.

Namun, tidak menutup kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Bagi kota-kota kecil, strategi pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan memanfaatkan landmark kota atau kegiatan sosial, seperti festival sebagai venue untuk mengenalkan produk khas daerah.

Salah satu contoh yang cukup berhasil menerapkan strategi ini adalah kota Jember dengan Jember Fashion Carnival. Festival yang digelar satu tahun sekali tersebut mampu menarik sejumlah turis untuk berkunjung dan melihat potensi industri kreatif yang ada di Jember, Jawa Timur.






            Jember  fashion  carnaval berawal  dari tahun 2002 yaitu diadakannya pekan Mode Dynand Fariz dengan berkeliling  kampung  dan alun alun Jember  yang  seluruh karyawannya diminta selama sepekan harus berpakai sesuai dengan trend fashion dunia. Lalu timbulah  gagasan untuk menyelanggarakan JFC.

Pada 1 Januari 2003 Jember Fashion carnaval untuk pertama kalinya digelar bersamaan dengan HUT kota Jember dengan tema busana cowboy, punk dan gypsy. Setiap tahunnya tema costume selalu berbeda. Tahun 2009 Ekonomi kreatif Indonesia dan Visit Indonesia years 2009, memperkuat keberadaan JFC ( Jember Fashion Carnaval ) sebagai fenomena global Icon Indonesia.  Jember Fashion Carnaval  masuk dalam dalam 4 even terbesar di dunia setelah Mardi Grass New Orleans USA, Rio De Jeneiro & Fastnatch koln Jerman. Dengan demikian keberhasilan JFC telah mendatangkan wisatawan baik dalam negeri maupun internasional berbondong bondong untuk datang ke Jember. 

JFC yang digagas Dynand Fariz adalah catwalk jalanan sepanjang 3,6 kilomenter dengan memanfaatkan bahan-bahan alam di sekitar. Tak hanya sebagai pertunjukan yang mengibur, JFC juga mencoba menyampaikan pesan kritis dalam setiap peragaannya terkait isu-isu global yang tengah berkembang. Dengan jumlah penonton mencapai ratusan ribu di setiap pagelaran tahunannya, JFC berhasil mendongkrak pamor Jember menjadi kabupaten ketujuh dari 38 kota/kabupaten di Jawa Timur yang memiliki kunjungan wisata cukup tinggi pada tahun 2011.
Keuntungan diselenggarakannya JFC antara lain :
·         Meingkatkan ekonomi masyarakay Jember
·         Meningkatkan pendapatan hotel, transportasi, pariwisata
·         Sebagai hiburan dan menyumbangkan devisa bagi Negara



Keberhasilan Jember Fashoin Carnaval membuat banyak kota di Indonesia ingin mengembangkan konsep serupa seperti Solo Batik Carnival (SBC) sejak 2008,  Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) pada 2011.

Penutup

ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. Salah satu alasan dari pengembangan industri kreatif adalah adanya dampak positif yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial, iklim bisnis, peningkatan ekonomi, dan juga berdampak para citra suatu kawasan tersebut. ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. 
sejumlah kota di Indonesia berpotensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Indonesia dikenal sebagai negara dengan banyak suku bangsa dan budaya. Suatu kota dapat merepresentasikan kebudayanya melalui cara-cara yang unik, inovatif, dan kreatif. Pada gilirannya, pengembangan ekonomi kreatif tersebut akan berdampak positif pada perbaikan lingkungan kota, baik secara estetis ataupun kualitas lingkunga serta memajukan sektor pariwisata. Industri kreatif dapat menjadi sarana untuk meningkatkan identitas kebudayaan, mempopulerkan sekaligus melestarikannya. Pengemasan yang lebih kreatif akan membuat budaya lokal Indonesia mudah dikenal hingga ke seluruh dunia

Daftar pustaka:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar