Nama : Desi
Auliasari
Kelas : 1EB19
NPM : 21212885
Inflasi Daging
Pendahuluan
Setiap negara pasti mengalami inflasi, inflasi yang terjadi
dapat disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Beberapa penyebab inflasi
diantaranya bisa disebabkan oleh sektor ekspor-impor, tabungan atau investasi,
pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan swasta
Inflasi adalah bagian dari fenomena ekonomi yang terjadi
bukan hanya di negara berkembang seperti Indonesia saja, tapi juga menyapa
semua negara termasuk negara maju seperti Amerika, Jepang atau negara di bagian
Eropa Barat. Bedanya terletak pada tingkat inflasinya
Di negara maju, harga-harga yang ada bisa dikatakan relatif
stabil, dan ketika terjadi inflasi, tingkat keparahannya masih termasuk rendah
yang berkisar antara 3%-5% per tahun. Hal ini berbeda dengan kondisi
harga-harga yang ada di negara berkembang yang cenderung fluktuatif dan tingkat
keparahan inflasinya lebih tinggi dari yang terjadi di negara maju
Kondisi yang terjadi ini akibat dari kondisi ekonomi, sosial
dan politik yang memang relatif belum stabil. Ketika kondisi
ekonomi-sosial-politik itu sedikit ada guncangan, maka ini bisa berpengaruh
terhadap kenaikan inflasi.
ISI
inflasi
adalah keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga barang yang ada di
masyarakat dan berlangsung secara terus menerus. Terjadinya inflasi ini
diakibatkan oleh beberapa faktor pemicu, antara lain:
•
Terjadinya ketidaklancaran pada distribusi barang.
•
Meningkatnya konsumsi masyarakat.
•
Berlebihnya likuiditas di pasar yang bisa memicu terjadinya spekulasi
Inflasi juga diartikan sebagai penurunan nilai mata uang
secara terus menerus. Pada prinsipnya, dari sudut pandang ekonomi dikatakan
bahwa inflasi terjadi karena tidak atau belum adanya kesesuaian antara laju
pertambahan uang yang beredar di masyarakat dengan pertumbuhan barang dan jasa
yang ada.
Inflasi dilihat sebagai proses dari peristiwa ekonomi, bukan
diarahkan pada tinggi rendahnya harga. Tingkat harga yang tinggi belum tentu
bisa dimaknai sebagai petunjuk terjadinya inflasi. Bisa disebut inflasi jika
syarat-syaratnya terpenuhi, yaitu kenaikan harga berlangsung secara terus
menerus dan bersifat mempengaruhi yang lainnya
Inflasi
dibedakan menjadi 4 berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:
1.
Inflasi ringan, apabila tingkat inflasinya sebesar 10 atau 20 persen dalam
kurun waktu 1 tahun
2.
Inflasi sedang, berarti tingkat inflasi yang terjadi sebesar 10 sampai dengan
30 persen setahun
3.
Inflasi berat, berkisar antara 30 sampai dengan 100 persen setahu
4.
Hiperinflasi, berarti tingkat inflasinya lebih dari 100 persen setahun
Di
Indonesia, daging sapi menjadi pemicu terjadinya inflasi pada Desember 2012.
Sumbangsihnya sebesar 0,15% persen. Harga daging sapi telah memberi andil yang
cukup besar terhadap inflasi. Kenaikan harganya sebesar 10,64% yang
berkontribusi sebesar 0,15% terhadap inflasi Ini diakibatkan pembatasan kuota
impor daging sapi dari Australia yang merupakan pemasok impor daging terbanyak
ke Indonesia, hal ini terjadi karena target Indonesia untuk bisa memproduksi
beberapa kebutuhan bahan pokok secara swasembada justru memicu kontroversi,
dengan naiknya harga-harga serta ditambah munculnya kasus korupsi tingkat
tinggi.
keputusan
pemerintah untuk memotong impor daging secara drastis, tidak menguntungkan.
Sapi lokal yang diasumsikan dapat menyuplai kebutuhan daging sapi sebesar 83%
pada kenyataannya tidak dapat terpenuhi sehingga harga daging sapi sangat
tinggi atau mengalami kenaikan sebesar 50% dibandingkan tahun lalu. penurunan kuota impor
daging secara drastis dari 100.000 ton pada 2011 menjadi 34.500 ton pada 2012
(turun 65%) tidak memperhatikan ketersediaan suplai sapi lokal. Akibatnya,
banyak sapi betina produktif dipotong. Di tahun 2013 ini pemerintah memotong
impor untuk daging sapi hidup sebesar 30% dan 6% untuk daging sapi.
Berdasarkan
pantauan harga di daerah-daerah pasar sentra konsumsi daging sapi,khususnya di
sejumlah pasar tradisional, harga daging
bergerak naik di kisaran Rp.98.000 - Rp.105.000 per kg atau mencapai mencapai
9,76 dollar AS. Harga ini lebih tinggi dari kondisi normal semula antara
Rp.65.000 - Rp.75.000 per kg. hal ini membuktikan bahwa harga sapi diIndonesia
sangat malah dibandingkan dengan harga sapi di negara-negara lain seperti di Malaysia hanya 4,3 dollar AS, Thailand 4,2 dollar
AS, Australia 4,2 dollar AS, Jepang 3,9 dollar AS, Jerman 4,3 dollar AS, dan
India 7,4 dollar AS
Biaya
social inflasi :
1.
Menurunnya tungkat kesejahteraan
2.
Distribusi pendapatan tidak merata
3.
Terganggunya stabilitas ekonomi
Dampak
yang dirasakan dari kenikan harga sapi adalah minat pembeli menurun serta tidak
hanya merugikan konsumen dan pedagang, tapi juga bagi peternak yang selama
ini menekuni penggemukan sapi.
Salah satu
contohnya adalah sentra penggemukan sapi potong di kawasan Sanan Kelurahan
Purwantoro,Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang mengalami kerugian hingga
jutaan rupiah. Peternak disanan harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk
membeli bibit sapi Dari harga antara
Rp7 juta-Rp7,5 juta/ekor menjadi Rp9 juta/ekor.
Cara yang harus diambil
pemerintah agar swasembada daging yang ditargetkan tahun 2014 berhasil dengan
cara :
1.
Dengan penyediaan bakalan sapi
2.
Peningkatan produktivitas dan
reproduktivitas ternak sapi lokal
3.
Pencegahan pemotongan sapi betina
produktif,
4.
Penyediaan bibit sapi, dan pengaturan
stok daging sapi dalam negeri.
Penutup
Inflasi
adalah keadaan dimana terjadi kenaikan
harga-harga barang yang ada di masyarakat dan berlangsung secara terus menerus.
Kenaikan harga sapi yang tinggi hingga menembus harga Rp.105.000
per kg memicu terjadinya inflasi. Hal ini
disebabkan pembatasan kuota impor, ketersediaan sapi lokal yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan konsumen yang kian meninggkat serta adanya kecurangan yang
terjadi ditingkat pemasok yang sengaja menimbun daging sapi sehingga stok
daging sapi berkurang.
Pemerintah mencanangkan swasembada daging yang
ditargetkan pada tahun 2014. Untuk mewujudkannya pemerintah menargetkan
persentase impor daging sapi terus menyusut dari tahun ke tahun. Pada tahun
2009, impor daging di atas 50 persen dari kebutuhan nasional. Tahun 2012 lalu, impor daging sapi
sebanyak 19 persen Tahun 2013 ini, target impor menjadi 15 persen.Target tahun
2014, importasi daging tinggal 10 persen. Namun tidak dibarengi dengan
peningkatan kualitas dan kuantitas dari sapi lokal, ketersediaan sapi lokal
yang tidak bisa memenuhi kebutuhan konsumen yang kian meninggkat memuktikan
bahwa pemerintah belum berhail melakukan swasembada daging sapi.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar